“Karina! Bangun nak, sudah jam 4 sore, ayo mandi dan shalat Ashar
dulu!” Mama membangunkanku. “Hoamm… Mama aku masih ngantuk!” jawabku.
“Ayo Karina!” kata mama. “Iya Maaa” kataku. Aku lalu bangun dan
mengambil handuk putihku. Aku segera mandi. Setelah itu aku memakai
pakaian dan jilbab. Tak lupa aku berwudhu. Aku menyiapkan perlengkapan
shalatku. Tapi ada yang kurang yaitu… “Oh ya sajadah! Hmm.. sajadahku di
mana ya, apa dicuci Mbak Anik ya, aku tanya saja sama Mbak Anik!”
gumamku. Aku segera menghampiri Mbak Anik yang sedang mencuci.
“Mbak Anik, sajadahku dicuci Mbak ya?” tanyaku. “Iya Karina, kamu mau
shalat ya?” tanya Mbak Anik. “Iya Mbak” jawabku. “Ya sudah kamu pakai
sajadah yang lain dulu ya!” kata Mbak Anik. “Iya”
Aku lalu mencari sajadah yang akan kupakai. “Oh gimana kalau aku
pakai sajadah almarhum nenek saja!” gumamku. Aku akan menceritakan
sedikit tentang nenekku. Nenekku adalah orang yang baik dan penyayang.
Dia selalu rajin shalat dan beliau selalu shalat dengan menggunakan
sajadah kesayangannya yaitu sajadah berwarna coklat yang lebar. Nenek
meninggal karena sakit keras, sebelum meninggal beliau menitipkan
sajadah kesayangannya kepadaku.
Kembali lagi ke cerita. Aku mencari sajadah nenek yang kusimpan di lemari. Akhirnya ketemu juga, dan aku segera shalat Ashar.
“Assalamualaikum waroh matullah, Assalamualaikum waroh matullah”
Selesai shalat aku berdoa kepada Allah SWT. Aku selesai berdoa.
Tiba-tiba seluruh tubuhku terangkat ke atas. Dan anehnya aku terbang
bersama sajadah nenek. Aku mengelilingi dunia dengan menaiki sajadah
nenek. Setelah lama berkeliling aku tiba di sebuah taman yang indah. Di
sana aku bertemu nenek yang sedang duduk di kursi taman.
“Nenek, apakah itu Nenek?” tanyaku. Nenek tersenyum. “Iya Karina, ini
Nenek” jawab beliau. “Nenek! Aku ingin selalu bersama Nenek, ayo pulang
ke rumah, Nenek!!!” ujarku sambil menangis dan memeluk nenek. “Nenek
tidak bisa pulang nak, Nenek hanya berpesan, kamu harus jadi anak yang
baik dan pintar, jangan merepotkan Mama dan Papamu dan jaga Sarah
adikmu, doakan Nenek dan rawatlah sajadah Nenek yang Nenek berikan
kepadamu!” pesan nenek. “Iya Nek, Karina tidak akan melupakan itu!”
jawabku sambil menangis. “Karina sekarang kamu harus pulang, Nenek juga
harus pulang!” kata Nenek lembut. “Iya Nek, jangan lupakan aku dan
doakan aku juga ya Nek” aku memeluk erat nenek.
Tiba-tiba suasana taman berubah menjadi suasana kamarku. “Kak Rina, Kak
Karina sadar Kak, Kakak kenapa?” tanya seseorang. Aku membuka mataku dan
tanpa sadar tenyata dari tadi aku memeluk Sarah! Hahahaha… Oh ternyata
tadi hanyalah mimpi. Aku ketiduran saat aku selesai shalat tadi.
“Kakak kenapa kok meluk Sarah dari tadi? Kakak sakit?” tanya Sarah. “Eh,
maaf Sarah enggak ada apa-apa kok!” kataku. “Ayo makan Kak, aku mencari
Kakak malahan Kakak tidur dan tiba-tiba memelukku sambil menangis” kata
Sarah. Aku segera melipat mukena dan sajadahku.
Aku segera berlari menghampiri mama sambil menangis. “Mama! Mama!
Tadi aku mimpi Nenek Maa.. Aku kangen sama Nenek, hiks hiks hiks”
kataku. “Sudah jangan menangis Karina, kamu dakan Nenek saja!” kata
mama.
Itulah ceritaku… lucu karena aku malu karena memeluk Sarah tanpa sadar dan sedih karena aku kangen nenek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar